Palembang, sriwijayaviral.com – Aksi unjuk rasa yang digelar Serikat Pemuda dan Masyarakat Sumatera Selatan (SPM Sumsel) di depan Kantor Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sumatera Selatan semakin memanas. Selain menuntut pengusutan tuntas kasus korupsi di tubuh PMI Ogan Ilir dan dugaan penyimpangan anggaran di Dinas Kesehatan Ogan Komering Ilir (OKI), para aktivis juga mengungkapkan adanya dugaan intimidasi yang mereka alami.
SPM Sumsel datang dengan membawa data dan fakta yang telah mereka kumpulkan, menyoroti dugaan praktik korupsi yang telah merugikan masyarakat Sumatera Selatan. Yudi Kritis, Koordinator Lapangan SPM Sumsel, dengan tegas menuntut Kejati Sumsel untuk mengusut tuntas aktor intelektual di balik korupsi PMI Ogan Ilir, yang diduga melibatkan pejabat tinggi.
"Kasus PMI Ogan Ilir harus dibuka kembali! Kami menduga pelaku utama dalam kasus ini adalah Sekretaris PMI yang saat ini menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan Ogan Ilir, berinisial SYD. Kejati Sumsel harus berani memeriksa dan mengusut keterlibatan yang bersangkutan," ujar Yudi dengan lantang.
Namun, yang lebih mengejutkan adalah pengakuan dari Yovi Meitaha, Koordinator Aksi SPM Sumsel, terkait dugaan intimidasi yang ia alami.
"Kami menduga kegiatan-kegiatan fiktif di Dinas Kesehatan OKI itu dilakukan di Hotel Emilia. Dan yang lebih parah, saya pernah diancam oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten OKI saat acara paripurna DPRD OKI selesai. Saat itu, Kepala Dinas OKI merangkul saya dan berkata, 'Kau kulanjakan, kusuruh orang'," ungkap Yovi dengan nada geram.
Pernyataan Yovi ini tentu saja menambah panas suasana. Dugaan intimidasi ini menunjukkan bahwa ada upaya untuk membungkam suara-suara kritis yang berani mengungkap kebenaran. SPM Sumsel menegaskan bahwa mereka tidak akan gentar menghadapi ancaman dan intimidasi.
"Kami tidak akan mundur selangkah pun. Kami akan terus berjuang sampai keadilan ditegakkan. Kami meminta perlindungan hukum dari pihak kepolisian dan Kejati Sumsel," tegas Yovi.
Budi Rizkianto, Koordinator Lapangan lainnya, dengan nada menantang menambahkan,
"Kami berharap Kejati Sumsel tidak hanya fokus pada kasus korupsi, tetapi juga mengusut tuntas dugaan intimidasi yang dialami oleh Yovi. Ini adalah bentuk pelanggaran hukum yang serius dan tidak boleh dibiarkan. Kalau nak mintak bukti, 24 jam kami siap untuk Kejati Sumsel!"tegas budi
Sebagai penutup aksi, SPM Sumsel menyampaikan pernyataan sikap yang berisi:
1. Mendesak Kejati Sumsel untuk segera membuka kembali kasus PMI Ogan Ilir dan mengusut tuntas aktor intelektual yang terlibat.
2. Mendesak Kejati Sumsel untuk mengusut tuntas dugaan penyimpangan anggaran di Dinas Kesehatan OKI, serta memeriksa semua pihak yang terkait.
3. Mengecam segala bentuk intimidasi dan ancaman terhadap aktivis yang berani mengungkap kebenaran.
4. Meminta perlindungan hukum dari pihak kepolisian dan Kejati Sumsel untuk para aktivis yang terancam.
5. Menyerukan kepada seluruh masyarakat Sumatera Selatan untuk bersatu melawan korupsi dan mendukung upaya penegakan hukum.
Aksi SPM Sumsel di depan Kejati Sumsel adalah simbol perlawanan terhadap korupsi dan segala bentuk intimidasi yang menghalangi penegakan hukum. Masyarakat Sumatera Selatan menanti tindakan nyata dari Kejati Sumsel untuk membuktikan komitmen mereka dalam memberantas korupsi dan melindungi para aktivis yang berani mengungkap kebenaran.